SULTAN
MAHMUD SADAD ALAM BERSUCI
Tersebutlah seorang tokoh yang
merupakan raja dari negeri seberang. Sultan Mahmud Sadad Alam seorang Raja
Gedah negeri seberang yang datang ke tanah Jawa dengan tujuan utama
berkunjung ke Kerajaan Majapahit. Kedatangan Raja Gedah tersebut ke tanah Jawa
dengan tujuan yang sangat mulia, yakni hendak melanjutkan perjuangan dua orang
saudaranya yang telah meninggal dalam upaya menyiarkan agama islam di tanah
Jawa.
Sultan Mahmud Sadad Alam datang
dengan manaiki sebuah perahu kerajaan yang untuk ukuran saat itu sangatlah
mewah. Beliau selain diiringi para pengawal dan abdi setia yang banyak
jumlahnya juga ikut dalam rombongan tersebut adalah putri kerajaan, yakni Dewi
Siti Suwari. Rombongan tersebut berlabu di Pelabuhan Leran sebelum melanjutkan
perjalanan darat ke tempat tujuannya, yakni istana pusat Kerajaan Majapahit.
Guna mewujudkan cita-citanya, yakni
mengislamkan tanah Jawa, Sultan Mahmud Sadad Alam mencoba mengevaluasi strategi
dakwah ynga telah dikembangkan oleh kedua saudaranya yang telah lebiih dahulu
melakukan dakwah di tanah Jawa. Sultan Mahmud mencoba mencari cara paling mudah
dan cepat guna mewujudkan cita-citanya tersebut. Dicarinya berbagai informasi
yang berkaitan dengan tata kehidupan masyarakat Jawa. Banyak orang yang ia
temui dan diajak bicara berkenaan dengan hal tersebut. Dari berbagai informasi
yang ia dapat, disimpulkannya bahwa strategi paling cepat dalam mengislamkan
tanah Jawa adalah dengan mengislamkan terlebih dahulu para penguasa kerajaan.
Raja dan pejabat tinggi kerajaan oleh masyarakat dianggap sebagai panutan yang
segala titahnya selalu diikuti, dihormati dan dipatuhi. Sehingga menurut
kesimpulan Sultan Mahmud Sadad Alam, apabila Raja Majapahit dapat ia islamkan,
maka seluruh rakyatnya akan ikut menjadi pemeluk agama islam pula. Bahkan bisa
jadi seluruh kerajaan – kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Majapahit
setelah dipersatukan oleh Patih Gajah Mada, akan ikut pula dihadapan para
pengikutnya Sultan Mahmud Sadad Alam bertitah bahwa apabila Raja Majapahit
Brawijaya mau memeluk agama islam, maka kepada beliau akan diberikan buah
delima dan akan dijodohkan dengan putri raja yang amat sangat cantik jelita,
Yakni dewi Siti Suwari.
Dengan diiringkan seluruh pasukan
pengawal dan para abdi yang dibawahya dari Gedah, Sultan Mahmud Sadad Alam
berangkat menuju istana Kerajaan Majapahit. Raja Majapahit menyambut kedatangan
Raja Gedah yang datang jauh dari negeri seberang di ruang utama istana. Setelah
selesai beramah-ramah dan saling memperkenalkan diri serta menceritakan keadaan
kerajaan masing-masing, mulailah Sultan Mahmud menyampaikan maksud
kedatangannya. Disampaikannya bahwa apabila Raja Brawijaya mau menjadi pemeluk
agama islam, maka kepadanya oleh Sultan Mahmud Sadad Alam akan dipersembahkan
pemberian berupa buah delima dan akan dijodohkan putrinya yang cantik jelita
dengan Raja Brawijaya.
Raja Brawijaya tertawa congkak dan
angkuh mendengar ucapan Raja Gedah tersebut. Dikatakannya oleh Brawijaya bahwa
di pulau jawa amat banyak buah delima, permaisuri dan selir yang dimilikinya
juga amat banyak dan cantik-cantik persembahan dari berbagai daerah yang telah
ditaklukkannya. Menurut Raja Brawijaya, sungguh amat tidak berguna pemberian
Sultan Mahmud sang Raja Gedah ini. Ditolaknya ajakan Sultan Mahmud dan
segala pemberian yang dibawanya. Sultan Mahmud bersikeras agar Raja Brawijaya
mau menerima buah delima sebagai tanda persahabatannya walaupun Brawijaya tidak
mau masuk menjadi pemeluk islam.
Rombongan Sultan Mahmud Sadad Alam
meninggalkan Istana Kerajaan Majapahit dengan masih membawa harapan. Sultan
yakin bahwa jika Raja Brawijaya telah membuka buah delimanya, raja akan merubah
keputusannya. Rombongan sultan mahmud berangkat ke arah utara dengan maksud
hendak kembali ke Leran, dimana disana perahu mereka berlabuh. Namun ketika
mereka baru sampai di daerah yang kini disebut menganti, Sultan Mahmud
memerintahkan rombogannya untuk berhenti. Sultan Mahmud bermaksud selain untuk
melaksanakan sholat juga untuk menanti utusan dari Kerajaan Majapahit di tempat
tersebut. Tempat penantian Sultan Mahmud tersebut dikenal dengan nama “ Menanti
“ , yang kelak dikemudian hari berubah menjadi “ Menganti “.
Di istana Kerajaan Majapahit
sepulang Sultan Mahmud Sadad Alam,bongan tersebut baru sampai di daerah Cerme.
Di tempat tersebut kembali Sultan Mahmud memerintahkan rombongannya untuk
berhenti guna melaksanakan shalat dan beristirahat sejenak. Perjalanan
dilanjutkan kembali dengan harapan akan sampai di leran sebelum matahari
tenggelam dan malam menjelang. Namun sayang, rombongan tersebut baru sampai di
daerah Polaman, malam telah datang. Daerah Polaman tersebut kini di kenal
dengan nama Desa Pongangan.
Di tempat peristirahatan tersebut
Sultan Mahmud melakukan sesuci berupa mandi dan mengambil air Wudhu. Adanya
seorang pembesar kerajaan negeri seberang yang bersuci tersebut, diketahui oleh
masyarakat setempat dan dianggap sebagai sebuah kejadian yang amat langka, di
mana seorang raja melakukan sesuci mandi dan berwudhu di tempat pemandian
rakyat biasa. Oleh karena kejadian yang amat langka tersebut, maka daerah
tersebut oleh masyarakat setempat diberi nama “ Suci “ yanh berasal dari kata “
sesuci “. Nama tersebut hingga kini masih dapat kita jumpai dalam bentuk nama
Desa Suci. Keesokan harinya rombongan Sultan Mahmud tersebut baru melanjutkan
perjalanan menuju Leran.